HAKIKAT MANUSIA
Disusun guna memenuhi tugas presentasi mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”
Pada: Rabu, 7 Maret 2019
Dosen Pengampu:
Siti Rohmaturrosyidah Ratnawati, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Ahmad Rizki Akhsani (210317431)
Bahrudin Yusuf (210317409)
Ulfah Uswatun Khasanah (210317421)
KELOMPOK 3-KELAS PAI.M
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Filsafat pendidikan Islam adalah aplikasi dari pandangan falsafah dan kaidah Islam dalam bidang pengalaman manusia muslim yang disebut pendidikan sebagaimana yang kita ketahui bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan manusia menjadi pribadi muslim yang beriman, dan bertaqwa kepada Allah.
Fitrah yang terlahir sejak terciptanya manusia merupakan modal dasar manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Diantara makhluk hidup lainnya. Potensi yang berupa fitrah ini tidak akan berkembang jika tidak dibimbing dan di bina sedemikian rupa. Oleh karena itu melalui mediasi pendidikanlah potensi yang sudah terlahir itu akan terbina dan akan berkembang.
Keberadaan manusia sebenarnya sudah tercantum dalam ayat- ayat Al-Qur’an. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa pendidikan Islam akan memberikan bimbingan bagaimana menjadikan manusia beriman sekaligus sebagai khalifah yang bertanggung jawab.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana hakikat manusia dalam perspektif Islam?
- Bagaimana fitrah dalam perspektif Islam?
- Bagaimana proses, tujuan,dan fungsi penciptaan manusia?
- Tujuan Pembahasan
- Mengetahui hakikat manusia dalam perspektif Islam.
- Mengetahui fitrah dalam perspektif Islam.
- Mengetahui proses, tujuan,dan fungsi penciptaan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
- Hakikat Manusia Dalam Perspektif Islam
Pembahasan tentang hakikat manusia dan kedudukannya di alam ini mendapatkan perhatian yang begitu luas, baik dari kalangan filsuf, mistikus (sufi), ataupun dari kalangan sarjana Islam. Untuk dapat memahami hakikat manusia, beberapa sarjana merumuskan beberapa pendekatan:
- Mempelajari dan menyelidiki manusia dalam hakikatnya yang murni dan esensial. Pendekatan ini lebih banyak dilakukan oleh para psikolog, filsuf, dan teolog.
- Melalui pendekatan ideologis dan spiritual yang mengatur tindakan manusia yang mempengaruhi dan membentuk personalitinya.
- Mengambil konsep tentang manusia dari penyelidikan tentang lembaga-lembaga etika dan yuridis.
Dalam Al-Qur’an terdapat empat kata atau istilah yang digunakan untuk menunjukkan manusia:
- Ins yang kemudian membentuk kata insan dan unsa. Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak, tidak liar, senang hati, tampak atau terlihat, seperti dalam firman Allah dalam surat At-Tin 95:4, Adz-Dzariat 51:56, dan Al-A’raf 7:82.
- Basyar yang berarti kulit luar seperti dalam firman Allah dalam surat Ali-Imron 3:79.
- Bani Adam yang berarti anak Nabi Adam, seperti dalam firman Allah surat Al-A’raf 7:27.
- Dzuriyat adam yang berarti keturunan Adam, seperti dalam surat Maryam 19:58.
Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia menurut Islam mempunyai kepasitas yang paling tinggi, mempunyai kecenderungan untuk dekat dengan Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh dibawah alam sadarnya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di bawah alam sadarnya.
Dimensi spiritual atau ruh mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan sebagainya. Ia mengantar manusia kepada suatu realitas yang Maha Sempurna, yaitu realitas Illahiah. Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi ia tercipta setelah melalui perencanaan untuk mengemban tugas. Manusia dibekali dengan potensi dan kekuatan positif dan negatif. Kekuatan positif dapat mengubah corak kehidupannya di dunia kearang yang lebih baik, sedangkan kekuatan negatif dapat sebaliknya.
Jadi,menurut kami hakikat manusia adalah ruhnya itu sendir, sedangkan jasadnya hanyalah alat yan digunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material di alam material yan bersifat sekunder dan ruh adalah primer karena ruh saja tanpa jasad tidak bisa dinamakan manusia.
- Fitrah Dalam Perspektif Islam
Allah telah memberikan fitrah pada manusia sebelum terlahir di alam ini,sehingga manusia membawa fitrahnya saat ia dilahirkan di dunia.
Al-qur’an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah adalah potensi. Potensi manusia adalah sebagai berikut:
- Sebagai makhluk sosial (surat 49:13) yang artinya manusia itu membawa sifat ingin bermasyarakat.
- Sebagai makhluk yang ingin beragama (5: 3, 7:172) karena itu pendidikan agama dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia.
- Manusia itu mencintai manusia dan anak- anak.
- Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak.
- Mencintai kuda- kuda pilihan (kendaraan pada zaman sekarang).
- Mencintai ternak dan sawah ladang (surat 3;14).
Selain fitrah diatas, manusai juga memiliki fitrah- fitrah positif yaitu yang mengajak kepada kebaikan. Fitrah yang Allah berikan kepada manusia berupa potensi, kreativitas yang dapat dibangun dan membangun yang memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya jauh melampaui kemampuan fisiknya. Maka diperlukan usaha- usaha yang baik yaitu pendidikan yang dapat membersihkan jiwa manusia dari syirik, kesesatan, dan kegelapan menuju ke arah hidup bahagia yang penuh optimis dan dinamis.
- Proses Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan Tuhan melalui sebuah proses alami yang berlangsung secara bertahap. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِين
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya".(Q.S. Shad:71-72).
Menginformasikan bahwa proses penciptaan manusia secara umum berbeda dengan penciptaan nabi Adam a.s. Bila nabi Adam diciptakan dari tanah liat yang kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberikan bentuk- sesuai dengan surah Al-Hijr: 28.
Maka manusia secara umum atau generasi Adam, diciptakan dari نطفة yaitu setetes air mani.
Menurut Musa Asy’arie sebagai mana dikutip oleh Toto Suharto, ada empat tahap proses penciptaan manusia yaitu:
- Tahap Jasad
Alquran menjelaskan permulaan penciptaan manusia adalah dari thurab yaitu tanah yang berdebu. Terkadang dengan kata Tin, atau salsal. Namun yang jelas makna yang dimaksud dengan tanah ini adalah saripatinya atau sulalah. Penciptaan dari tanah ini tidak berarti manusia diciptakan dari bahan tanah seperti pembuatan patung. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu saripati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan bagi manusia.
- Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia dari air, sebagaimana kehidupan tumbuhan dan binatang. Maksud air kehidupan disini adalah air yang hina atau sperma. Sperma kemudian membuahi sel telur dalam rahim seorang ibu. Sperma inilah yang merupakan awal mula kehidupan seorang manusia.
- Tahap Ruh
Yang dimaksud dengan ruh disini adalah sesuatu yang dihembuskan Tuhan dalam diri manusia. Pada saat yang sama Tuhan juga menjadikan Maka hal ini menandakan bahwa ruhlah yang menjadi pimpinan dalam jasad manusia, dari itu ruh kiranya dapat menjadi pembimbing pendengaran, pengelihatan, dan hati manusia dalam memahami kebenaran.
- Tahap Nafs
Kata nafs dalam Al-quran mempunyai empat pengertian yaitu nafsu, napas, jiwa dan diri atau keakuan. Maka dari keempat kata ini Alquran lebih sering menggunakan kata Nafs untuk pengertian diri. Diri maksudnya adalah kesatuan dari jasad, hayat, dan ruh. Dinamikanya terletak pada aksi kegiatannya. Kesatuannya bersifat spiritual yang tercermin dalam aktifitas kehidupan manusia.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri yang tidak tergantung oleh adanya yang lain. Namun dengan menyatunyalah yang kedua substansi ini barulah manusia bisa hidup dan menjalani kehidupannya. Maka keduanya diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana yang tergambar dalam Al- Quran:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (١٢)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (١٣)ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (١٤
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.(Q.S. Al-Mukminun:12-14).
Menurut Atang Abdul Hakim sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Basri, manusia hidup selama darahnya mengalir dan jantungnya bekerja yang disebabkan pengaruh mekanis dari hawa atmosfir. Dengan demikian manusia yang hidup adalah manusia yang hidup tiada lain adalah manusia yang anggota tubuhnya bergerak. Dalam Islam, walaupun manusia secara fisik (mekanis) telah mati tapi jiwanya tetap hidup. Bahkan bagi seorang mukmin, kematian adalah lanjutan kehidupan yang kekal dan abadi.
Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip oleh Al Rasidin, baik dimensi material dan non material atau yang diistilahkan dengan al-Jism wa al-Ruh keduanya memiliki daya (al-Quwwah). Dimensi material manusia memiliki dua daya yaitu:
- Daya fisik atau jasmani, seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, dan mencium.
- Daya gerak, seperti kemampuan menggerakkan panca indra dan berpindah tempat.
Sedangkan dimensi non material manusia juga memiliki dua daya, yaitu:
- Daya berfikir yang disebut ‘aql yang berpusat di kepala.
- Daya rasa yang disebut qalb yang berpusat di dada.
- Tujuan Penciptaan Manusia
Dalam Al-Qur’an diinformasikan betapa semua makhluk yang diciptakan manusia tidak ada sia-sia, begitu juga halnya dengan manusia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan tertentu, yaitu:
- Pengabdian kepada Allah SWT
Secara luas konsep ‘abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah dan manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata untuk mencari ridha Allah.
Belajar adalah ibadah manakala itu dilakukan dengan niat mencari ridha Allah. Bekerja juga ibadah manakala itu dilakukan untuk mencari ridha Allah. Semua aktivitas seorang hamba dalam seluruh dimensi kehidupan adalah ibadah manakala itu benar-benar untuk dilakukan mencari ridha Allah.
Di dalam Al- Qur’an dijelaskan pada surat Ad- Dzariyat: 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.”
- Menjadikan makan dan kesenangan sebagi tujuan hidupnya.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa sebagai manusia menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya.
Pada surat Muhammad ayat 12 sudah dijelaskan bahwa:
إِنَّ ٱللَّهَ يُدْخِلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ ٱلْأَنْعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ
“Dan orang-orang kafir bersenang-senaang didunia dan mereka makan seperti makannya binatang dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
- Menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya.
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya dijelaskan pada surat Ali- Imran: 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali –Imran: 14)
- Manusia menjadikan hidupnya untuk menyulut fitnah dan menyuburkan kejahatan.
Mereka adalah orang- orang yang disebut dalam firman Allah:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُۥ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيُشْهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلْبِهِۦوَهُوَ أَلَدُّ ٱلْخِصَامِ
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَاد
Artinya: “ Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam- tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah: 204-205)
- Fungsi Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk yang lainnya. Manusia dibekali dengan akal, fikiran, dan tubuh yang sempurna. Allah SWT menciptakan manusia berfungsi sebagai:
- Manusia sebagai khalifah dimuka bumi yaitu bertanggung jawab atas apa yang ada dimuka bumi.
- Manusia sebagai warosatul anbya’ atau penerus para nabi. Yakni mempunyai misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk taat kepada Allah SWT.
- Manusia sebagai hamba Allah SWT. Fungsi ini mengacu pada tugas seorang manusia sebagai hamba yang diwujudkan dalam bentuk pengabdian kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
- Dalam Al-Qur’an terdapat empat kata atau istilah yang digunakan untuk menunjukkan manusia: pertama, ins yang kemudian membentuk kata insan dan unsa. Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak, tidak liar, senang hati, tampak atau terlihat, seperti dalam firman Allah dalam surat At-Tin 95:4, Adz-Dzariat 51:56, dan Al-A’raf 7:82. Kedua, basyar yang berarti kulit luar seperti dalam firman Allah dalam surat Ali-Imron 3:79. Ketiga, bani Adam yang berarti anak Nabi Adam, seperti dalam firman Allah surat Al-A’raf 7:27. Keempat, dzuriyat adam yang berarti keturunan Adam, seperti dalam surat Maryam 19:58.
- Fitrah dalam perspektif Islam adalah potensi. Potensi manusia adalah sebagai berikut: Pertama, sebagai makhluk sosial (surat 49:13) yang artinya manusia itu membawa sifat ingin bermasyarakat. Kedua, sebagai makhluk yang ingin beragama (5: 3, 7:172) karena itu pendidikan agama dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia. Ketiga, manusia itu mencintai manusia dan anak- anak. Keempat, Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak. Kelima, mencintai kuda- kuda pilihan (kendaraan pada zaman sekarang). Keenam, mencintai ternak dan sawah ladang (surat 3;14).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin dkk, 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, Ciputat: PT Ciputat Press.
Al-Rasyidin, 2012. Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis.
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Setia Pustaka.
Faizah, Lalu Muchsin Efendi, 2015. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media Group.
Hasan, Maimunah. 2002. Membangun Kreativitas Anak Secara Islam, Yogyakarta: Bintang Cemerlang.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ar- Ruz media.
Tafsir, Ahmad. 2014. Filsafat Pendiddikan Islami. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.